Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PROSEDURE PEMERIKSAAN RADIOLOGI USUS BESAR

Tujuan Maksud dan tujuan pemeriksaan radiologi Colon In Loop adalah sebagai acuan dalam membantu menegakan diagnosa dokter.

Indikasi Massa/tumor, kelainan anatomi, Hemoroid, radang..
Kriteria Pemeriksaan teknik radiografi Colon In Loop diharapkan akan dapat memberikan informasi diagnosa yang akurat.

Definisi
  1. Colon adalah saluran pencernaan bagian bawah yang berfungsi menyerap air dan garam-garam mineral. Pada ukuran panjang normal 1,5 sampai 1,90 m, ukuran diameter 4-7 cm. Ukuran terluas adalah bagian coecum dan tersempit recto sigmoid. - Pemotretan Colon in Loop adalah pemotretan dengan menggunakan sinar-X dan fluoroscopy untuk membantu menegakkan diagnosa dengan melihat kelainan di daerah usus besar dengan menggunakan media kontras positif yaitu Barium Sulphat (BaSO4) yang dimasukkan lewat anus.
  2. Media kontras positif adalah suatu zat yang dapat memberikan gambaran radio opak atau putih pada radiograf. Dan unsur dasar terbuat dari unsur yang bernomor atom tinggi.
  3. Barium Sulfat (BaSO4) adalah jenis media kontras positif yang tersusun dari unsur Barium dan sulfat, digunakan untuk pemeriksaan sistem pencernaan makanan karena dapat melapisi dinding saluran makanan secara merata sehingga bayangan tegas tidak mudah rusak/ tahan lama dan tidak mudah mengendap.
Kebijakasanaan Pemeriksaan abdomen 3 posisi dilakukan oleh radiographer Semua hasil radiografi abdomen 3 posisi di baca oleh dr. spesialis radiologi

Prosedur
  1. Catat tanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil laboratorium bila ada.
  2. Dilakukan plain foto Abdomen polos/ BNO Pendahuluan, menggunakan kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien berukuran besar menggunakan kaset ukuran 43 x 35 cm. Teknik Foto Plain Abdomen polos/ BNO Pendahuluan
  3. Posisi Pasien Supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan disamping tubuh, kaki lurus dengan lutul sedikit fleksi untuk mobilisasi.
  4. Posisi objek Mid Sagital Plane pada pertengahan meja, batas atas processus xyphoideus dan batas bawah sympisis pubis. 6.2.3. Central Ray: Vertical, Center point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv : 70 , MAS. 6.2.4. Eksposi: sekspirasi dan tahan nafas supaya abdomen lebih tipis, diafragma keatas sehingga abdomen terlihat jelas.
  5. Siapkan media kontras barium sulfat yang dicampur dengan air dengan perbandingan 1:8.
  6. Masukkan ke tabung irigator yang telah tersambung dengan selang irigator. Letakkan pada ketinggian 1 meter dari tempat tidur pasien.
  7. 6.5. Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus pasien, diklem dengan gunting klem. 6.6. Buka gunting klem sehingga barium masuk ke colon sigmoid (±5 menit). Tutup gunting klem pada selang irigator. Lakukan pemotretan dengan kaset 24 x 30 cm.
  8. Buka kembali klem alirkan barium kira-kira sampai mengisi rectum (± 10 menit). Lakukan pemotretan AP dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm. Kemudian dilanjutkan dengan pemotretan posisi obliq kanan dan kiri dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm.
  9. Pasien dipersilahkan BAB.
  10. Setelah itu dimasukkan media kontras negatif melalui anus pasien dengan spuit. (double kontras). Kemudian dilakukan pemotretan dengan posisi AP.
  11. Pemeriksaan Colon in loop selesai. Pasien diantar keluar ruang pemeriksaan.
  12. Kelebihan dalam menegakan diagnosa pemeriksaan usus besar / colon in loop bahwa radiolog dapat memonitor secara real time. Pergerakan peristaltic pada saat dilakukan pemeriksaan colon in loop, dengan catatan bahwa dalam pemeriksaan ini menggunakan flouroscopi.

Ada alternative lain untuk pemeriksaan colon inlop yaitu dengan pemeriksaan CT-Scan Colon dan colonoscopy . namun dua pemeriksaan ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing2.