Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CT Abdomen kasus Kista Ovarium



“TEKNIK PEMERIKSAAN CT–SCAN ABDOMEN DENGAN MEDIA KONTRAS INTRAVENA PADA KASUS KISTA OVARIUM DI RUMAH SAKIT UMUM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas dari diafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum (Pearce, 1999).

Ovarium memiliki panjang 3-5 cm, lebar 2-3 cm dan tebal 1 cm, dengan bentuk seperti kacang kenari. Masing-masing ovarium terletak pada dinding samping rongga pelvis posterior dalam sebuah ceruk dalam (Setiadi, 2007)

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat krusial pada reproduksi dan menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium. Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan lain. Sedangkan Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium (medlinux.blogspot.com, 2008).

Untuk mendiagnosis kista ovarium selain memerlukan anamesis dan pemeriksaan fisik juga beberapa pemeriksaan penunjang seperti laparoskopi, pemeriksaan radiologi (roentgen), ultrasonography (USG), parasintesis (medlinux.blogspot.com). Pemeriksaan ultrasonografi (USG) perlu dilakukan dengan tambahan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah, dan pemeriksaan pertanda tumor. Bahkan, bila perlu, pemeriksaan CT-Scan atau MRI bisa dilakukan juga (Republika.co.id, 2008).

Modalitas imejing computed tomography scan (CT Scan) merupakan salah satu sarana penunjang diagnostik yang menggunakan gabungan sinar-X dan komputer untuk mendapatkan citra atau gambar berupa variasi-variasi irisan dari tubuh manusia. Untuk mengetahui kelainan yang terdapat pada rongga abdomen maka dapat dilakukan deengan pemeriksaan CT-Scan Abdomen.

Pemeriksaan CT-Scan Abdomen pada kasus kista ovarium di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi Semarang menggunakan media kontras sebanyak 100 mL. Berbeda dengan kelainan-kelainan abdomen yang lain untuk kelainan abdomen bagian bawah seperti kista ovarium selain dilakukan scanning pada fase vena juga dilakukan scanning dengan scan delay sampai dengan media kontras mengisi vesica urinary.

Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai teknik pemeriksaan CT-Abdomen pada kasus kista ovarium di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Kariadi Semarang dan mengangkatnya sebagai laporan kasus dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN CT–SCAN ABDOMEN DENGAN MEDIA KONTRAS INTRAVENA PADA KASUS KISTA OVARIUM DI RUMAH SAKIT UMUM “B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan CT-Scan Abdomen dengan media kontras intravena pada kasus kista ovarium di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang ?

2. Apakah tujuan dilakukan scanning dengan scan delay sampai dengan media kontras mengisi Vesica Urinary ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT-Scan Abdomen dengan media kontras intravena pada kasus kista ovarium di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang.

2. Untuk mengetahui tujuan dilakukan scanning dengan scan delay sampai pada fase media kontras mengisi Vesica Urinary.

D. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun laporan ini disusun secara sistematis, adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Yang meliputi : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Yang meliputi : Anatomi dan fisiologi abdomen, Patologi kista ovarium, Dasar CT scan, Parameter CT Scan.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdiri dari hasil dan pembahasan yang berisi tentang hasil pengamatan dan pembahasan

BAB IV PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

DASAR TEORI

A. Anatomi Fisiologi Abdomen

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas dari diafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum (Pearce, 1999).

Abdomen adalah suatu rongga yang dilapisi oleh lapisan peritoneum baik organ maupun dindingnya. Lapisan peritoneum yang melapisi rongga abdomen disebut peritoneum parietal dan yang melapisi semua organ dalam abdomen di sebut peritoneum visceral. Adapun organ-organ yang terdapat dalam rongga abdomen di golongkan sebagai berikut :

1. Organ Traktus Digestivus (Syaifuddin, 1997)

Organ abdomen yang berhubungan dengan traktus digestivus adalah sebagai berikut :

a. Gaster (lambung)

Bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung biasanya memiliki bentuk J dan terletak di kuadran kiri atas abdomen.

Lambung terdiri dari bagian-bagian yaitu :

1) Fundus Ventrikuli

Bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.

2) Korpu Ventrikuli

Letaknya setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.

3) Antrum Pylorus

Bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pylorus.

4) Kurvatura Minor

Terdapat di sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardiak sampai ke pylorus.

5) Kurvatura Mayor

Terbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus inferior.

6) Osteum Kardium

Merupakan tempat di mana oesophagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Fungsi lambung adalah sebagai berikut :

1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung.

2) Menghasilkan getah cerna lambung, diantaranya pepsin, asam garam ( HCL ) renin, dan lapisan lambung.

b. Usus Halus

Intestinal minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus serta berakhir pada seikum dan panjangnya 6 meter, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan.

Usus halus terdiri dari :

1) Duodenum

Panjang 25 cm berebntuk sepatu kuda melengkung ke kiri dan pada lengkungan ini terdapat pankreas.

2) Jejunum dan Ileum

Panjang 6 meter, 2/5 bagian atas jejunum dengan panjang 2-3 meter dan 3/5 nya adalah ileum dengan panjang 4-5 meter. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantara lubang yang bernama orifisium ileoseikalis

Fungsi usus halus adalah :

1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler darah dan saluran limfe.

2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

c. Usus Besar

Usus besar mempunyai panjang 1,5 meter dan lebar 5-6 cm.

Usus besar terdiri dari :

1) Sekum

Di bawah seikum terdapat appendiks vemivormis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing dengan panjang 6 cm.

2) Kolon Ascenden

Panjangnya 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari osteum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica dilanjutkan sebagai kolon transversum.

3) Appendiks

Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum dan mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dilewati oleh beberapa isi usus. Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang seikum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.

4) Kolon Transversum

Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon ascendens sampai kolon descendens, berada di bawah abdomen; sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.

5) Kolon Descendens

Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri, membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan rectum.

6) Rectum

Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrumdan os coxygeus.

7) Anus

Bagian dari sistem pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis dan diperkuat oleh sfingter ani internus (bagian atas), sfingter levatorani (bagian tengah) dan sfingter ani eksternus (bagian bawah).



clip_image002

Gambar 1 : Rongga Abdomen Bagian Depan.

Keterangan :

A. Diafragma J. Kandung Kencing

B. Esofagus K. Apendiks

C. Lambung L. Sekum

D. Kaliks kiri M. Illium

E. Pankreas N. Kolon Ascendens

F. Kolon Descenden O. Kandung Empedu

G. Kolon Transversum P. Liver

H. Usus Halus Q. Lobus Kanan

I. Kolon Sigmoid R. Lobus Kiri

2. Pelengkap Organ Digestivus (Syaifuddin, 1997)

Ada tiga organ yang melengkapi organ digestivus, yaitu :

a. Pankreas

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya 60-90 gram. Terbentang dari vertebra lumbal I dan II di belakang lambung. Pankreas terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala pancreas, badan pancreas dan ekor pancreas.

Fungsi pankreas adalah :

1) Fungsi eksokrin, yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.

2) Fungsi endokrin, sekelompok epitelium berbentuk pulau-pulau langerhans, bersama membentuk organ endokrin yang mensekresikan insulin.

3) Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intestinum.

4) Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau langerhans sendiri dan langsung dialirkan ke dalam peredaran darah. Sekresinya disebut hormon insulin dan hormon glikogen, hormon tersebut dibawa ke jaringan untuk membantu metabolisme karbohidrat.

b. Hati

Hati terletak pada bagian atas dalam rongga abdomen, di sebelah kanan bawah diafragma dan beratnya 1,5 kg. Hati terbagi atas dua lapisan, yaitu permukaaan atas berbentuk cembung terletak di bawah diafragma dan permukaan bawah tidak rata serta memperlihatkan fisura transversus.

Hati mempunyai dua jenis peredaran darah, yaitu arteri hepatica dan vena porta. Arteri hepatica merupakan cabang arteri coeliaka yang merupakan cabang aorta abdominalis bagian atas dan 20% darah menuju hepar melalui arteri ini. Vena porta membawa darah dari lambung, usus, limpa, dan pankreas secara langsung untuk hepar; 80% darah untuk hepar melalui vena ini.

Hati memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang disimpan di sutau tempat dalm tubuh.

2) Mengubah zat buang dan bahan racun untuk diekskresikan dalam empedu dan urine.

3) Menghasilkan enzim glikogenik glikosa menjadi glikogen.

4) Sekresi empedu.

5) Pembentuk urine.

6) Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir karbohidrat.

c. Kandung empedu

Merupakan suatu kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot, letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaaan bawah hati sampai pinggir depannya, dengan panjang 812 cm berisi 60 cm.

Fungsi kandung empedu adalah :

1) Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental.

2) Sekresi getah empedu yang digunakan untuk mencerna lemak.

3. Sistem Urinaria (Syaifuddin, 1997)

Sistem urinaria terdiri dari organ-organ sebagai berikut :

a. Ginjal

Ginjal terletak di bagian belakang dari kavum abdominalis, di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbaris III dan melekat pada dinding belakang abdomen. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua yaitu kiri dan kanan. Pada keadaan normal, letak ginjal kiri lebih tinggi dari ginjal kanan.

Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrous berwarna ungu tua, lapisan luar terdapat lapisan korteks (subtantia kortekalis) dan lapisan sebelah dalam bagian medula (subtantia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks terdiri dari lubang kecil yang disebut papila renalis. Ginjal terdiri dari dua kaliks, yaitu kaliks minor dan kaliks mayor. Kaliks minor akan berkumpul menjadi kaliks mayor dan kemudian berkumpul membentuk kaliks renalis.

Secara fisiologi ginjal memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.

2) Mempertahankan keseimbangan cairan.

3) Menyeimbangkan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.

4) Mempertahankan keseimbangan garam dan zat-zat lain dalam tubuh.

5) Mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

b. Ureter

Ureter terdiri dari dua saluran pipih, masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) dengan panjang 25-30 cm, penampang 0,5 cm. Letak ureter sebagian di dalam rongga abdomen dan sebagian terletak di rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan tengah lapisan otot polos dan lapisan sebelah dalam lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan peristaltik setiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

Ureter berjalan vertikal ke bawah sepanjang fasia muskularis psoas dan dilapisi peritoneum. Ada tiga tempat penyempitan ureter, yaitu : pelvco uretro juntio, vesico uretro juntion, dan pelvic brim.

c. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simphisis pubis dalam rongga panggul. Bentuknya seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius.

Kandung kemih berfungsi sebagai kantong penampung urine. Kandung kemih memiliki selaput mukosa berbentuk lipatan yang disebut rugae (kerutan) dan dinding otot elastis dengan kandung kemih yang dapat membesar dan mengecil. Hal ini dimaksudkan untuk menampung jumlah urine yang banyak. Kandung kemih mempunyai tiga bagian, yaitu : fundus, korpus dan vertek.

d. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan berfungsi untuk menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis bagian bawah, panjangnya 20 cm. Uretra laki-laki terdiri dari uretra prostatika, membranosa dan kavernosa. Uretra pada laki-laki berfungsi sebagai saluran ekskresi dan saluran pengeluaran sperma.

Pada wanita uretra terletak di belakang simphisis pubis berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya 3-4 cm. Muara uretra wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.

4. Organ genetalia interna

Pada abdomen wanita terdapat organ genitalia wanita yang meliputi :

a. Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan uterus dengan vulva dan merupakan tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris khusus dan dialiri banyak pembuluh darah serta serabut saraf secara melimpah. Panjang Vagina kurang lebih 10 – 12 cm dari vestibula ke uterus, dan letaknya di antara kandung kemih dan rektum. Vagina mempunyai fungsi yaitu : sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah menstruasi, sebagai jalan lahir pada waktu partus.

b. Uterus

clip_image004

Ilustrasi. Struktur Bagian Dalam Uterus

Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola lampu yang gepeng dan terdiri dari 2 bagian : korpus uteri yang berbentuk segitiga dan servix uteri yang berbentuk silindris. Bagian dari korpus uteri antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri (dasar rahim).

Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda tergantung dari usia, dan pernah melahirkan anak atau belum. Cavum uteri (rongga rahim) berbentuk segitiga, melebar di daerah fundus dan menyempit kearah cervix. Sebelah atas rongga rahim brhubungan dengan saluran indung telur (tuba follopi) dan sebelah bawah dengan saluran leher rahim (kanalis cervikalis). Hubungan antara kavum uteri dengan kanalis cervikalis disebut ostium uteri internum, sedangkan muara kanalis cervikalis kedalam vagina disebut ostium uteri eksternum. Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan : Perimetrium (lapisan peritoneum) yang meliputi dinding uterus bagian luar, myometrium (lapisan otot) merupakan lapisan yang paling tebal, Endometrium (selaput lendir) merupakan lapisan bagian dalam dari korpus uteri yang membatasi kavum uteri.

c. Tuba Fallopi

Tuba Fallopi terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan kearah lateral, mulia dari kornu uteri kanan kiri yang panjangnya ­­­­­­­­­­­kurang lebih 12 cm dan diameternya 3- 8 mm. Fungsi tuba yang utama adalah untk membawa ovum yang dilapaskan ovarium ke kavum uteri.

Pada tuba ini dapat dibedakan menjadi 4 bagian, sebagai berikut :

1) Pars interstitialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus mulai pada ostium internum tubae.

2) Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmixca dan infundibulum dan merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk huruf S.

3) Pars Isthmica, bagian tuba sebelahkeluar dari dinding uerus dan merupakan bagian tuba yang lurus dan sempit.

4) Pars Infundibulum, bagian yang berbentuk corong dan lubangnya menghadap ke rongga perut, Bagian ini mempunyai fimbria yang berguna sebagai alat penangkap ovum.

d. Ovarium

Ovarium terdapat di dalam rongga panggul di sebelah kanan maupun sebelah kiri dan berbentuk seperti buah kenari. Ovarium berfungsi memproduksi sel telur, hormon esterogen dan hormon progesteron. Darah yang mensuplai yang penting berasal dari arteri ovarium yang merupakan cabang dari aorta abdomen. Darah mengalir dari ovarium melalui vena ovarium.

B. Patologi kista ovarium

kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh abnormal dibagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah, atau bahan-bahan lain. Sedangkan Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium (medlinux.blogspot.com, 2008).

Jenis-jenis kista ovarium (Bunda Labibahs, 2008) :

1. Kista fungsional

Kista yang terbentuk dari jaringan yang berubah pada saat fungsi normal haid. Kista normal ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya dalam kurun 2-3 siklus haid. Terdapat 2 macam kista fungsional: kista folikular dan kista korpus luteum.

2. Kista dermoid

Kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal rambut, kuku, kulit, gigi dan lainnya. Kista ini dapat terjadi sejak masih kecil, bahkan mungkin sudah dibawa dalam kandungan ibunya. Kista ini biasanya kering dan tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat menjadi besar dan menimbulkan nyeri.

3. Kista endometriosis

Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri sanggama.

4. Kistadenoma

Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium, biasanya bersifat jinak. Kistadenoma dapat tumbuh menjadi besar dan mengganggu organ perut lainnya dan menimbulkan nyeri.

5. Polikistik ovarium

Ovarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel yang menyebabkan ovarium menebal. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom polikistik ovarium yang disebabkan oleh gangguan hormonal, terutama hormon androgen yang berlebihan. Kista ini membuat ovarium membesar dan menciptakan lapisan luar tebal yang dapat menghalangi terjadinya ovulasi, sehingga sering menimbulkan masalah infertilitas.

C. Dasar-dasar CT-Scan

CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya detektor. Di dalam komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian gambar dengan penerapan prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan rekonstruksi algorithma. Setelah proses pengolahan selesai, maka data yang telah diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah menjadi data analog untuk ditampilkan ke layar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor selanjutnya diubah menjadi data analog untuk ditampilkan ke layar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor berupa informasi anatomis irisan tubuh.

Pada CT-Scan prinsip kerjanya hanya dapat menggambarkan tubuh dengan irisan melintang tubuh. Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran aksial yang telah didapatkan dapat direformat kembali sehingga sehingga didapatkan gambaran coronal, sagital, oblik. diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari objek tersebut. (Rasad, 2000).

Komponen-komponen CT-Scan Generasi Ke II (Tortorici, 1995 )

1. Gantry

Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja tersebut dapat bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa perangkat keras yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu gambaran. Perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-X, kolimator, dan detektor.

2. Tabung Sinar-X

Berdasarkan strukturnya tabung sinar-X sangat mirip dengan tabung sinar-X konvensional, namun perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi. Panas yang cukup tinggi dengan elektron-elektron yang menumbuknya. Ukuran fokal spot yang cukup kecil (kurang dari 1 mm) sangat dibutuhkan untuk menghasilkan resolusi yang tinggi.

3. Kolimator

Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur, membatasi jumlah sinar-X yang sampai ke tubuh pasien serta untuk meningkatkan kualitas gambar, tidak seperti pada pesawat radiografi konvensional. CT-Scan menggunakan 2 buah kolimator. Kolimator pertama diletakkan pada rumah tabung sinar-X yang disebut pre pasien kolimator dan kolimator yang kedua diletakkan antara pasien dan detektor yang disebut per detektor kolimator atau post pasien kolimator.

4. Detektor

Selama eksposi, berkas sinar-X (foton) menembus pasien dan mengalami perlemahan (attenuasi). Sisa-sisa foton yang telah terattenuasi kemudian ditangkap oleh detektor. Ketika detektor menerima sisa-sisa foton tersebut, foton berinteraksi dengan detektor dan memproduksi sinyal dengan arus yang kecil yang disebut sinar output analog. Sinyal ini besarnya sebanding dengan intensitas radiasi yang diterima. Kemampuan penyerapan detektor yang tinggi akan berakibat kualitas gambar yang dihasilkan menjadi lebih optimal. Detektor memiliki 2 tipe yaitu detektor solid stete dan detektor irisan gas.

5. Meja Pemeriksaan (Couch)

Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar-x yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke dalam gantry.

6. Sistem Konsul

Konsul tersedia dalam berbagai variasi. CT-Scan generasi awal masih menggunakan 2 sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan sendiri dan untuk perekaman dan pencetakan gambar.

Model yang terbaru sudah memiliki banyak kelebihan dan banyak fungsi.

Bagian dari sistem konsul ini yaitu :

a. Sistem Kontrol

Pada bagian ini petugas dapat mengontrol parameter-parameter yang berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan seperti pengaturan kV, mA dan waktu scanning, ketebalan irisan (Slice thickness), dan lain-lain. Juga dilengkapi dengan keyboard untuk memasukkan data pasien dan pengontrol fungsi tertentu dalam komputer.

b. Sistem Pencetakan Gambar

Setelah gambar CT-Scan diperoleh, gambaran tersebut dipindahkan dalam bentuk film. Pemindahan ini menggunakan kamera multi format. Cara kerjanya yaitu kamera merekam gambaran di monitor dan memindahkannya ke dalam film. Tampilan gambaran di film dapat mencapai 2-24 gambar tergantung ukuran film (biasanya 8 x 10 inchi atau 14 x 17 inchi).

c. Sistem Perekaman Gambar

Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan. Data pasien yang telah ada disimpan dan dapat dipanggil kembali dengan cepat. Biasanya sistem perekaman ini berupa disket optik dengan kemampuan penyimpanan sampai ribuan gambar. Ada pula yang menggunakan magnetic tape dengan kemampuan penyimpanan data hanya sampai 200 gambar.



clip_image007

1 2

Gambar 2 : Komponen CT-Scan

(Bontrager, 2001)

Keterangan :

1. Gantry dan couch (meja pemeriksaan)

2. Komputer dan console

D. Parameter CT-Scan

Gambaran pada CT-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas-berkas sinar-X yang mengalami perlemahan serta menembus objek, ditangkap detektor, dan dilakukan pengolahan di dalam komputer. Penampilan gambar yang baik tergantung dari kualitas gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan dalam rangka untuk menegakkan diagnosa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam CT-Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal.

1. Slice Thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 - 10 mm sesuai dengan keperluan klinis. Pada umumnya ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah, sebaliknya yang tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail yang tinggi.

2. Range

Range atau rentang adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness. Sebagai contoh untuk CT-Scan thorax, range yang digunakan adalah sama yaitu 5-10 mm mulai dari apeks paru sampai diafragma. Pemanfaatan dari range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang sama pada satu lapangan pemeriksaan.

3. Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan. Namun kadang-kadang pengaturan tegangan tabung diatur ulang untuk menyesuaikan ketebalan objek yang akan diperiksa (rentangnya antara 80 – 140 kV). Tegangan tabung yang tinggi biasanya dimanfaatkan untuk pemeriksaan paru dan struktur tulang seperti pelvis dan vertebra. Tujuannya adalah untuk mendapatkan resolusi gambar yang tinggi sehubungan dengan letak dan struktur penyusunnya.

4. Field of View (FoV)

Field of View adalah maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FoV yang kecil maka akan mereduksi ukuran pixel (picture element), sehingga dalam proses rekonstruksi matriks gambarannya akan menjadi lebih teliti. Namun, jika ukuran FoV terlalu kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.

5. Gantry tilt

Gantry tilting adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan –250 sampai + 250. Penyudutan dari gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang harus dihadapi. Di samping itu, bertujuan untuk mereduksi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitif seperti mata.

6. Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom pada picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 (5122) yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks ini berpengaruh terhadap resolusi gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusi yang akan dihasilkan.

7. Rekonstruksi Algorithma

Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis (algorithma) yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Hasil dan karakteristik dari gambar CT-Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih. Sebagian besar CT-Scan sudah memiliki standar algorithma tertentu untuk pemeriksaan kepala, abdomen, dan lain-lain. Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih, maka semakin tinggi pula resolusi gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.

8. Window Width

Window Width adalah rentang nilai computed tomography yang akan dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor.

Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed tomography. Nilai ini mempunyai satuan HU (Hounsfield Unit) yang diambil dari nama penemu CT-Scan kepala pertama kali yaitu Godfrey Hounsfield.

Berikut ini tabel nilai CT pada jaringan yang berbeda penampakannya pada layar monitor (Bontrager, 2001)

Tipe jaringan

Nilai CT (HU)

Penampakan

Tulang

Otot

Materi putih

Materi abu-abu

Darah

CSF

Air

Lemak

Paru

Udara

+1000

+50

+45

+40

+20

+15

0

-100

-200

-1000

Putih

Abu-abu

Abu-abu menyala

Abu-abu

Abu-abu

Abu-abu

Abu-abu gelap ke hitam

Abu-abu gelap ke hitam

Hitam

Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU. Untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai + 3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai ini adalah air dengan yang dimiliki – 1000 HU. Diantara rentang tersebut merupakan jaringan atau substansi lain dengan nilai berbeda-beda pula tergantung pada tingkat perlemahannya. Dengan demikian penampakan tulang dalam monitor menjadi putih dan penampakan udara hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi warna abu-abu yang bertingkat yang disebut Gray Scale. Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih jika diberi media kontras Iodine.

9. Window Level

Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampakan gambar. Nilainya dapat dipilih tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur objek yang diperiksa. Window level ini menentukan densitas gambar yang akan dihasilkan.

E. Teknik Pemeriksaan (Bontrager, 2001)

Ada beberapa teknik pemeriksaan CT-Scan pada organ Abdomen, yaitu :

1. Teknik Pemeriksaan CT-Scan Abdomen

Dalam pemeriksaan CT-Scan Abdomen difokuskan pada organ abdomen bagian atas sehingga lebih dikenal dengan CT-Scan Upper Abdomen.

a. Pengertian

CT-Scan Abdomen adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan menggunakan pesawat CT-Scan baik dengan atau tanpa menggunakan media kontras guna mengetahui kelainan atau penyakit pada organ yang berada dalam rongga abdomen.

b. Indikasi

1) Pankreatitis

2) Hematoma hati atau spleen

3) Metastase pada liver, pankreas, ginjal dan soleen

4) Nefroblastoma

5) Abses

c. Kontra Indikasi

1) Alergi terhadap bahan kontras

2) Kadar ureum dan kreatinin tinggi

3) Hidronefrosis

4) KUB

d. Media Kontras

1) Iopamiro

2) Urografin

e. Persiapan Alat

1) Unit whole body CT-Scan 6) Nedle 21

2) Processing film 7) Gelas dan sendok

3) Media kontras 8) Air minum 200-400 cc

4) Spuit 30 cc 9) Air mentah 200 cc

5) Kapas alkohol 10) Obat anti histamin

f. Persiapan Pasien

Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien memerlukan persiapan abdominalis terlebih dahulu, yaitu :

1) 1-2 hari sebelum pemeriksaan disarankan untuk tidak makan makanan yang berserat dan hanya makan bubur kecap.

2) Sebelumnya telah menjalani pemeriksaan laboratorium guna mengetahui kadar ureum dan kreatinin.

3) Malam hari sebelum pemeriksaan, pasien minum obat pencahar (urus-urus) untuk membersihkan usus.

4) Pasien tidak boleh makan sebelum pemeriksaan selesai.

g. Prosedur Pemeriksaan

1) Pasien diminta ganti baju dengan baju pasien.

2) Pasien supine di atas meja pemeriksaan.

3) Pemasukan media kontras

Media kontras yang pertama dimasukkan melalui oral dengan perbandingan 1 : 20 dengan tujuan sebagai marker. Kemudian pemasukan media kontras yang kedua melalui intravena dengan jumlah media kontras 50 - 100 cc.

h. Scan Parameter

1) Arus tabung : 110 mA

2) Tegangan tabung : 120 KV

3) Scan field : 390 mm

4) Scan time : 2,7 – 4,5 second

5) Interval : 10 – 15 mm pada daerah yang normal 5 – 8 mm pada daerah kelainan

6) Range : Diafragma sampai krista illiaka

2. Teknik Pemeriksaan CT-Scan Pelvis

Teknik pemeriksaan pelvis sering disebut dengan teknik pemeriksaan CT-Scan Lower Abdomen karena organ yang diperiksa adalah organ abdomen yang berada pada bagian bawah.

a. Pengertian

CT-Scan Pelvis adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan menggunakan pesawat CT-Scan baik dengan atau tanpa menggunakan media kontras guna mengetahui kelainan atau penyakit pada organ yang berada dalam rongga pelvis.

b. Indikasi

1) Prostat

2) Ca Servik

3) Ca Ovari

4) Massa pada soft tissue dan sakit pada otot pelvis

5) Evaluasi hip joint

6) Abses

c. Kontra Indikasi

1) Alergi terhadap bahan kontras

2) Kadar ureum dan kreatinin tinggi

3) KUB

d. Media Kontras

1) Iopamiro

2) Urografin

e. Persiapan Alat

1) Unit whole body CT-Scan 6) Nedle 21

2) Processing film 7) Gelas dan sendok

3) Media kontras 8) Air minum 200-400 cc

4) Spuit 30 cc 9) Air mentah 200 cc

5) Kapas alkohol 10) Obat anti histamin

f. Persiapan Pasien

Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien memerlukan persiapan abdominalis terlebih dahulu, yaitu :

1) 1-2 hari sebelum pemeriksaan disarankan untuk tidak makan makanan yang berserat dan hanya makan bubur kecap.

2) Sebelumnya telah menjalani pemeriksaan laboratorium guna mengetahui kadar ureum dan kreatinin.

3) Malam hari sebelum pemeriksaan, pasien minum obat pencahar (urus-urus) untuk membersihkan usus.

4) Pasien tidak boleh makan sebelum pemeriksaan selesai.

g. Prosedur Pemeriksaan

1) Pasien diminta ganti baju dengan baju pasien.

2) Pasien supine di atas meja pemeriksaan.

3) Pemasukan media kontras

Pertama pemasukan media kontras lewat intravena dengan jumlah media kontras 50 – 100 cc. Kemudian pemasukan media kontras yang dicampur dengan air lewat rectal dengan menggunakan catéter.

h. Scan Parameter

1) Arus tabung : 110 mA

2) Tegangan tabung : 120 KV

3) Scan field : 390 mm

4) Scan time : 2,7 – 4,5 second

5) Interval : 10 – 15 mm pada daerah yang normal 5 – 8 mm pada daerah kelainan

6) Range : Diafragma sampai krista illiaka

i. Foto Sebelum dan Sesudah Pemasukan Media Kontras

Pada kasus tumor massa, dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras.

j. Irisan Axial Abdomen

Lima contoh irisan axial CT-Scan dari abdomen ditunjukkan dengan 10 mm slice thicknes. Pemeriksaan yang diperoleh menggunakan 50 cc bolus injeksi yang mengikuti 100 cc drip infus dari kontras intravena. Persiapan untuk kontras oral dengan water-soluble selalu disiapkan.

1) Irisan Axial 1

Irisan Axial 1 untuk memperlihatkan bagian atas liver. Liver dibagi menjadi dua lobus, lobus kanan dan lobus kiri.



clip_image009

Gambar 3 : Irisan Axial 1 (Bontrager, 2001)

Keterangan :

A. Lobus kanan liver

B. Lobus kiri liver

C. Lambung

D. Lambung (fundus dan bagian atas daerah lambung)

E. Spleen

F. Vertebre Thoracal 10 dan Vertebre Thoracal 11

G. Aorta abdominal

H. Vena Cava Inferior

2) Irisan Axial 3

Irisan Axial 3 adalah bagian yang menunjukkan pancreatic tail. Penampakan yang sempurna dari adrenal gland adalah bentuk menyerupai V terbalik.



clip_image011

Gambar 4 : Irisan Axial 3 (Bontrager, 2001)

Keterangan :

A. Lobus kanan liver dari posterior

B. Kantong empedu

C. Lobus kiri liver

D. Lambung

E. Kolon desenden

F. Ekor pankreas

G. Spleen

H. Bagian atas lobus kiri ginjal

I. Kelenjar adrenal sebelah kiri

J. Vetebra Thoracal 11 – Thoracal 12

K. Vena Cava Inferior

L. Bagian atas lobus kanan ginjal

3) Irisan Axial 5

Irisan Axial 5 melihat bagian ke dua duodenum. Kepala pankreas terletak di luar dari duodenum. Jika bagian ke dua duodenum terlihat putih, maka dapat dikatakan tumor pankreas.



clip_image013

Gambar 5 : Irisan Axial 5 (Bontrager, 2001)

Keterangan :

A. Lobus kanan liver

B. Kantong empedu

C. Bagian ke dua duodenum

D. Lobus kiri liver

E. Lambung (pylorus)

F. Jejenum

G. Kolon desenden

H. Ginjal kiri

I. Aorta Abdominal

J. Vetebra Lumbal I

K. Vena Cava Inferior

L. Kepala pancreas

4) Irisan Axial 7

Pada irisan axial 7 mengambil mid portion ginjal. Ini adalah penampakan sempurna dari renal pelvis kanan dan kiri.



clip_image015

Gambar 6 : Irisan Axial 7 (Bontranger, 2001)

Keterangan :

A. Inferior lobus liver

B. Pankreas

C. Kandung empedu

D. Kolon (asenden dan tranversum)

E. Jejenum

F. Kolon desenden

G. Renal pelvis ginjal kiri

H. Aorta Abdominal

I. Vetebra Lumbal I

J. Vena Cava Inferior

5) Irisan Axial 8.

Irisan axial 8 menunjukkan 2 cm kaudal pada renal pelvis dari ginjal dan menunjukkan kontras mengisi ureter medial dari ginjal.



clip_image017

Gambar 7 : Irisan Axial 8 (Bontranger, 2001)

Keterangan :

A. Inferior lobus liver

B. Kolon asenden

C. Vena Cava Inferior

D. Aorta

E. Jejenum

F. Kolon desenden

G. Ginjal kiri

H. Ureter kiri

I. Vertebra Lumbal 2- lumbal 3

J. Muskulus psoas major

K. Ureter kanan.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan penulis tentang teknik pemeriksaan CT-Scan Abdomen dengan media kontras intravena pada kasus Kista Ovarium di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang, berupa laporan kasus yang meliputi pelaksanaan pemeriksaan atau prosedur pemeriksaan yang akan diuraikan di bawah ini. Adapun laporan kasus tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ilustrasi Kasus

Pada tanggal 17 Januari 2008 pasien datang ke instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang dengan identitas sebagai berikut:

Nama : Tn. S

Umur : 62 th

Jenis Kelamin : Wanita

No Register : 74584

Diagnosa : Kista Ovarium

Pemeriksaan yang diminta : CT-Scan Abdomen

2. Riwayat Penyakit

Pasien datang ke Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang dengan keluhan benjolan pada bagian perut. Dari hasil pemeriksaan fisik pasien menderita kista Ovarium.

3. Prosedur Pemeriksaan

a. Persiapan Pasien

1) Pasien menahan makan 4-5 jam sebelum pemeriksaan.

2) Pasien atau keluarga pasien mengisi formulir inform consent.

3) Pasien melepas semua benda – benda yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan kemudian mempersilahkan pasien untuk mengganti baju dengan baju pasien yang telah disediakan.

4) Pasien minum air putih dengan tujuan untuk mengisi lambung.

5) Meminta pasien untuk menahan kencing.

b. Persiapan Alat

1) Pesawat CT-Scan, dengan spesifikasi:

Tipe : Siemens Somatom Emotion.

Scanning : Axial, Helical

2) Alat immobilisasi.

3) Baju pasien dan selimut pasien.

4) Abocath

5) Pengikat

6) Outomatic injector

7) Kapas alkohol dan plester

8) Kateter

9) Spuit 20 mL

c. Persiapan bahan

1) Media Kontras water soluble non ionic 100 mL

2) NaCl 20 mL

d. Prosedur Pemeriksaan

1) Posisi pasien

- Pasien supine di atas meja pemeriksaan, mengatur mid sagital plane sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan mid coronal plane sejajar dengan lampu indikator horisontal.

- Kedua tangan berada diatas kepala.

- Memasang alat immobilisasi.

- Memposisikan pasien dimana daerah abdomen bisa tercover dalam lapangan penyinaran.

2) Registrasi data pasien.

Meregistrasi data pasien yang terdiri dari :

- Identitas Pasien

- Pemilihan protokol pemeriksaan

- Posisi pasien

Setelah semua data lengkap, selanjutnya adalah memasukan data pada data base untuk diolah. Proses selanjutnya adalah melakukan scanning topogram.

3) Topogram

- Setelah data pasien pada registrasi lengkap. Langkah selanjutnya adalah melakukan scanning topogram yang bertujuan untuk merencanakan daerah yang akan discanning.

- Membuat rencana scanning pre kontras dan post kontras dengan batas atas processus xypoideus dan batas bawah daerah simphisis pubis dengan slice thicnes 10 mm.

- Seluruh rongga abdomen masuk atau tercover dalam topogram.

- Topogram akan menampakkan gambaran abdomen dalam posisi AP.

- Setelah melakukan scanning topogram, langkah selanjutnya adalah teknik pemeriksaan yaitu scanning pre kontras dan post kontras.

clip_image019

gambar 8 : topogram CT scan Abdomen

4) Membuat potongan axial (pre kontras)

- Membuat potongan axial pre kontras

Setelah scanning topogram selesai kemudian melakukan scanning abdomen dengan potongan axial mulai dari processus xypoideus sampai dengan sekitar daerah Simphisis Pubis sesuai dengan rencana yang sudah dilakukan dan dengan posisi pasien yang sama seperti pada scanning topogram. Scanning abdomen menggunakan ketebalan 10 mm.

clip_image020clip_image021clip_image023 clip_image025 clip_image027

gambar 10 : potongan pre kontras

5) Pemasukkan media kontras

- Setelah scanning potongan aksial pre kontras selesai dilakukan, kemudian memasukan media kontras water soluble non ionik intravena yang telah dipersiapkan terlebih dahulu pada outomatic injector dengan komposisi sebanyak 100 mL yang ditambahkan dengan NaCl sebanyak 20 mL dengan menggunakan injector outomatik dengan tekanan yang telah diatur sebesar 2 mL/s.

- Memasukan media kontras negative (udara) dengan kateter per anal.

clip_image029

gambar 10 : outomatic injector

6) Membuat potongan axial (post kontras)

- Setelah memasukan media kontras kemudian membuat potongan axial post kontras mulai dari processus xypoideus sampai dengan sekitar daerah Simphisis pubis dengan posisi sama dengan potongan axial pre kontras dengan scan delay 60 detik post injeksi. Scanning abdomen menggunakan ketebalan 10 mm dengan cara mengulang potongan axial pre kontras .

clip_image030clip_image031clip_image033 clip_image035 clip_image037gambar 11 : potongan axial post kontras

7) Membuat potongan axial pada daerah abdomen bawah

- Setelah melihat potongan axial post kontras fase vena gambaran vesica urinary masih belum bisa ditampakan dengan jelas atau masih meragukan maka dibuat potongan aksial pada daerah bawah untuk menentukan vesica urinary dengan scan delay minimal 3 menit sampai dengan kontras mengisi vesica urinary.

- clip_image038melakukan scanning sekitar daerah vesica urinary atau daerah kavum pelvis dengan posisi sama dengan potongan axial post kontras dengan ketebalan irisan 10 mm

clip_image039clip_image041 clip_image043 clip_image045gambar12 : potongan axial post kontras dengan scan delay sampai fase media kontras mengisi vesica urinary

8) Filming

e. Hasil Pembacaan Dokter

Hasil pemeriksaan CT-Scan Abdomen pre dan post kontras

· Pada kavum pelvis tampak massa oval densitas cairan berdinding tebal, disertai cluster kalsifikasi pada dinding sisi kiri. Batas dengan sekitar tegas. Pasca injeksi kontras tampak strong rim enhancement. Vesika urinaria tampak terjepit dan letak lebih ke posterolateral kiri. Uterus membesar, diameter tranversal > 6 cm. Dinding tampak tebal dengan struktur hipodens di bagian tengahnya. Tak tampak kalsifikasi. Pada pemberian kontras tampak enhancement inhomogen.

· Ukuran lien tak membesar. Pareankim tampak homogen tetapi pasca injeksi kontras tampak nodul hipodens soliter dengan batas kurang tegas. Tak tampak kalsifikasi. Vena lienalis tak melebar.

· Hepar, Pankreas, Gall Blader, Ginjal Kanan dan Kiri tampak normal.

· Aorta tak melebar. Tak tampak kasifikasi.

· Tak tampak pembesaran Lymph Nodes para aorta dan para illiaka.

· Tak tampak ascites.

· Tak tampak efusi pleura.

KESAN :

· Massa kistik berdinding tebal dengan kalsifikasi sesuai gambaran kista ovarium.

· Uterus membesar, curiga endometrial Ca yang meluas sampai serviks.

· Nodul soliter pada lienB. Pembahasan

Pemeriksaan CT scan abdomen pada kasus kista ovarium di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang memerlukan persiapan pasien khusus yaitu pasien tahan makan agar daerah lambung terbebas dari feical material. Adapun tahapan-tahapan prosedur pemeriksaanny adalah memposisikan pasien supine di atas meja pemeriksaan, kedua tangan berada diatas kepala. Memposisikan pasien dimana daerah abdomen bisa tercover dalam lapangan penyinaran. Setelah memposisikan pasien langkah selanjutnya adalah melakukan registrasi pasien. Kemudian melakukan scanning topogram yang akan menampilkan gambaran abdomen posisi AP di layar monitor. Pada topogram bertujuan untuk merencanakan daerah yang akan discanning.

Dari topogram, melakukan scanning dengan slice thikness 10 mm. Scanning dimulai dari processus xypoideus sampai ke daerah simphisis pubis, maka akan didapat irisan axial. Setelah itu memasukkan media kontras water soluble non ionik intravena yang telah dipersiapkan terlebih dahulu pada outomatic injector dengan komposisi sebanyak 100 mL yang ditambahkan dengan NaCl sebanyak 20 mL dengan menggunakan injector outomatik dengan tekanan yang telah diatur sebesar 2 mL/s. Penambahan NaCl bertujuan agar gambar yang di dapatkan berada pada optimum enhancement.

Media kontras digunakan dalam berbagai pemeriksaan radiologi termasuk juga untuk pemeriksaan CT-Scan Abdomen. Media kontras dimasukkan untuk dapat memperjelas gambaran organ yang diinginkan yang tidak dapat terlihat jelas dengan pemeriksaan polos atau tanpa menggunakan media kontras

Kemudian melakukan scanning ulang post injeksi dengan parameter scanning yang sama pada sebelum penyuntikan media kontras. Selain media kontras intravena pada kasus ini juga dilakukan media kontras negatif (udara) yang dimasukan ke rektum. Pemasukan media kontras negatif bertujuan untuk menghasilkan batas yang tegas antar organ yaitu daerah rektum, uterus dan vesica urinary. Pada kasus ini pasien tidak diberi media kontras peroral karena kelainan tidak terdapat pada tractus digestivus.

Pada scanning topogram, pre kontras dan post kontras sudah sesuai dengan literatur yang ada. Tetapi karena pada fase vena tak tampak kontras yang jelas antar organ pada daerah pelvis sehingga sulit untuk membedakan antara vesica urinary dengan kista maka dilakukan scanning ulang dengan scan delay sampai dengan media kontras mengisi vesica urinary yaitu minimal 3 menit dari post injeksi. Scanning juga dilakukan hanya pada daerah kavum pelvis yaitu pada daerah vesica urinary. Jadi pengulangan scanning dengan scan delay sampai dengan kontras mengisi vesica urinary bertujuan untuk memperjelas kontras antar organ yang ada pada daerah pelvis yaitu rektum, uterus, dan vesica urinary.

BAB IV

PENUTUPA. Kesimpulan

1. Teknik pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan media kontras Intravena pada kasus kista ovarium di Instalasi Radiologi Rumah sakit Umum Pusat Dr. Kariadi dilakukan tiga tahap scanning yaitu scanning pre kontras, post kontras dan scanning post kontras dengan scan delay sampai dengan media kontras masuk ke Vesica Urinary.

2. Media kontras yang digunakan pada pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan media kontras pada kasus kista ovarium di Instalasi Radiologi Rumah sakit Umum Pusat Dr. Kariadi adalah media kontras positif yaitu media kontras water soluble non ionik dan media kontras negatif yaitu udara.

3. Tujuan dilakukan scanning dengan scan delay sampai dengan media kontras masuk ke vesica urinary bertujuan untuk memperjelas kontras antar organ yang ada pada daerah pelvis yaitu rektum, uterus, dan vesica urinary.

B. Saran

1. kepada pasien dijelaskan tentang prosedur pemeriksaan sejelas mungkin karena teknik pemeriksaan ini memerlukan waktu yang sedikit lama.

2. diusahakan kenyamanan pasien diperhatikan sehingga tidak tejadi perubahan posisi pasien karena faktor ketidaknyamanan pasien..